Enak Mana? Jadi “Kutu Loncat” atau Setia? Prediksi Gajimu 5 Tahun ke Depan

higher-3-1428578 kol

Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh kandidat saat wawancara. “Kalau pindah ke perusahaan tersebut, kira-kira berapa gaji saya lima tahun yang akan datang?”

Jujur, pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab, tapi saya akan mencoba menjawabnya berdasarkan pengalaman.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan kenaikan gaji per tahunnya. Secara umum, perusahaan akan mempertimbangkan kenaikan gaji karyawan dari:

  1. Yang pertama tentu saja performa perusahaan secara keseluruhan di tahun sebelumnya
  2. Yang kedua, performa individu yang bersangkutan
  3. Yang terakhir, tingkat inflasi pasar

Berdasarkan ketiga poin tersebut, perusahaan akan memformulasikan tingkat kenaikan gaji (dalam persen) dalam setahun. Pihak HRD biasanya juga akan “kompakan,” artinya saling berkomunikasi dengan pimpinan HR lain dalam industri yang sama dan berbagi info soal rencana kenaikan gaji tahunannya. Ada seperti “kesepakatan” dalam beberapa industri mengenai besaran tingkat kenaikan gaji tahunan.

Karena tingkat inflasi Indonesia cukup tinggi, kenaikan gaji per tahun bisa dibilang cukup tinggi jika dibandingkan negara-negara maju. Ketika di BMW Indonesia, menurut bos saya, kenaikan gaji rata-rata di Indonesia tidak masuk akal. Di Jerman, kenaikan gaji di atas 3% sudah dianggap luar biasa. Lah, tingkat inflasi di Jerman saja tidak sampai 2%, pikir saya. Secara value of money, mereka menerima jauh lebih baik.

Selain kenaikan gaji tahunan, ada juga kenaikan gaji promosi. Kalau mau fair, kenaikan gaji promosi seharusnya mengikuti rentang gaji posisi yang sama. Berapa besarannya? Sekali lagi, semua tergantung perusahaannya.

Semua pembahasan di atas juga tergantung kultur perusahaan dalam kebijakan remunerasi. Bukan jaminan kalau perusahaan multinasional akan memberikan kenaikan gaji yang lebih baik ketimbang perusahaan lokal. Namun perlu digali pula, perusahaan lokal yang seperti apa? Tidak semua perusahaan lokal akan memberikan gaji yang tinggi. Beberapa berani memberi gaji tinggi karena ingin mendapatkan kaliber perusahaan asing.

Kalau tingkat inflasi Indonesia berada di kisaran 7% sampai 9% misalnya, maka kenaikan gaji tahunan—yang sering disebut ‘adjustment’—akan mengacu pada persentase tersebut. Jadi, kalau gaji kita misal Rp 5.000.000, dan kita ambil persentasi median di 8%, maka dalam lima tahun, gaji kita kira-kira akan berada di kisaran Rp 6.800.000.

Mungkin banyak yang berpikir, kok kecil ya? Maka banyak karyawan kemudian aktif mencari peluang di luaran demi mengejar rupiah yang lebih baik.

Jadi sebaiknya bagaimana? Apakah kita harus menjadi “kutu loncat” untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi?

Definisi “kutu loncat” bagi saya adalah seorang profesional yang rajin berpindah-pindah perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pernah saya mewawancarai seseorang dengan pengalaman berkarir 15 tahun di 20 perusahaan.

Awal berkarir saya pun, saya memiliki kecenderungan menjadi “kutu loncat.” Berkarir di bank hanya dua tahun, lalu pindah ke perusahaan rokok, belum sampai setahun sudah pindah ke industri financial. Tidak sampai enam bulan, pindah lagi ke telekomunikasi. Agak lama di situ, sekitar tiga tahunan, saya pindah lagi ke industri kecantikan selama tiga tahun. Setelah itu lumayan lama (lima tahun) di BMW Indonesia.

Setelah saya analisa, ternyata gaji saya setelah berpindah-pindah itu lebih kecil dari teman saya yang stay di perusahaan saya yang pertama, yaitu di bank. Beliau rupanya berkali-kali mendapatkan promosi yang mendongkrak gajinya secara signifikan.

Pindah tempat berkarir memang biasanya bisa mendongkrak gaji juga — kisarannya di 30%. Namun, ada juga yang mendapatkan kenaikan gaji hingga 100%, tergantung skill dan expertise si kandidat.

Jika ada pertanyaan, “Lebih baik rajin pindah berkarir atau stay di tempat yang sama?” jawaban saya: pertimbangkan masak-masak. Memang, dengan berpindah karir (bukan dalam waktu yang singkat tentunya), ternyata menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman saya, yang saya yakin tidak akan saya dapatkan kalau stay di tempat yang sama. Tapi terlalu sering berpindah juga kurang bijaksana, apalagi sampai 20 perusahaan dalam 15 tahun.

Bagaimana menurut Anda?

Untuk tahu apakah gaji Anda sudah sesuai dengan standar gaji yang berlaku di pasaran, dengan melihat industri, posisi dan lamanya Anda berkarir, cek gaji Anda di sini dengan fitur terbaru Salary Benchmark persembahan Karir.com.

20 thoughts on “Enak Mana? Jadi “Kutu Loncat” atau Setia? Prediksi Gajimu 5 Tahun ke Depan

  1. Richard says:

    Menurut saya ada beberapa faktor bertahan atau berpindahnya seseorang dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Tidak semua faktor penyebabnya adalah salary yg lebih tinggi, memang UUD, ujung-ujungnya duit, akan tetapi faktor lain juga berpengaruh, seperti kenyamanan dalam bekerja dan boss yang kurang ‘mengapresiasi’ kreatifitas dan pekerjaan anak buahnya. Kalau faktor tersebut terpenuhi pastinya akan berpikir dahulu sebelum pindah ke perusahaan baru, nah kalau tidak.. kemungkinan besar tidak akan bertahan lama. Walaupun saya bukan ‘typical kutu lompat’ tapi menurut saya kenyamanan dalam bekerja merupakan faktor penting bertahan lama atau tidaknya seseorang bekerja dalam suatu perusahaan. Maaf jika ada kata-kata yang salah, Just sharing my opinion.. 🙂

    Like

  2. Sandi says:

    Ada alasan lain knp kutu lonca itu jstr baik. Krn jika stay di perusahaan spt skrg sy ini, apabila tdk ada passion dgn apa yg kita pgang bs bkin stres mau digaji lebih jg.
    Bandingkan sy pernah melakukan pkerjaan yg memang bnr2 passion smpai lupa wkt, dan sy akan melakukannya lg, udah passion, menghasilkan uang pula.
    Prinsipnya sih simple, blm ada kata trlambat utk berubah slama trus berusaha. 😉

    Like

  3. Bang Uliek says:

    Salam kenal Pak Dino,

    Pengalaman saya pindah-pindah kerja bukan karena mengejar gaji, tapi lebih karena ingin membebaskan diri dari suasana yang sudah tidak nyaman ditempat yang lama, disamping mencoba jenis pekerjaan/jabatan yang berbeda dari sebelumnya, memang sih tidak munafik kalau saya bekerja untuk mencari uang, akan tetapi buat saya uang bukan segalanya, buat apa gaji besar kalau kerja diperlakukan seperti romusha? atau menghadapi tekanan dari bos yang rewel, buat sebagian orang mungkin hal-hal tersebut dianggap sebagai tantangan, tapi buat saya harga diri adalah segalanya, karena saya tidak mau harga diri di injak-injak hanya demi mempertahankan penghasilan.

    Alhamdulilah selama 15 tahun berpindah-pindah jenis pekerjaan, saya merasakan kerja dari nol, pernah merasakan menjadi tukang cuci mobil, cleaning service, pelayan toko, pegawai Notaris, dan kini saya menjadi HRD di sebuah perusahaan swasta.

    Like

  4. AKoesbandono says:

    Hai Pak Dino,

    Bagaimana kalau 11 perusahaan dalam 20 tahun pak? hehehe…termasuk kategori kutu loncat kah?.
    Sejauh ini pertimbangan saya berpindah kerja tidak semata-mata karena salary tetapi lebih pada passion terhadap hal baru, sehingga pilihan saya selalu pada perusahaan yang memiliki core biz yang berbeda (belum pernah saya jalani sebelumnya).

    Saat ini saya masih berkeinginan berkarir di hospitality…setelah itu mgk saya akan menentukan untuk stay atau memilih core biz yang sudah pernah saya jalani dan saya anggap paling cocok untuk saya.

    Wish me luck pak…and good luck for you and Karir.com

    Like

  5. Supangkat Eka Prasetya, S.Kom, MTCNA says:

    Saat ini saya ingin resign dari kantor sekarang karena jobdesk nya sudah mulai berubah. Scope pekerjaan yang tidak jelas. Dulu saat masuk sebagai System Engineer. Setelah 1,5 ini, perusahaan mulai mencoba membuat software development. Mau tidak mau karena system engineer ga ada project, maka di suruh lah membantu pekerjaan sang programmer sedikit demi sedikit. DI tambah kantor saya mayoritas ada hubungan keluarga dengan Direktur. Hanya 2 orang saja termasuk saya yang masuk dengan jalur formal. Sehingga jam kerja seenak nya atasan saja. Bisa 10 jam setiap hari saya pulang. Berangkat siang, pulang malam. Mau pulang cepat ga enak sama atasan, tapi masa tiap hari di kantor 10 jam terus. Bagaimana nanti kalau sudah menikah, bisa ribut dengan istri masalah jam kerja.
    Inti nya sebanyak apapun gaji yang di dapat, tidak bakal bisa membeli waktu yang sudah kita lewatkan dengan orang yang kita sayangi. Jadi pindah kerja bukan buat mencari gaji yang lebih tinggi, melainkan mencari waktu & lingkungan kerja yang nyaman.

    Like

  6. Dino Martin says:

    Thank you for the comments. Memang benar alasan utama karyawan pindah kerja adalah suasana kerja / kenyamanan kerja. Ini terefleksi jelas dari survey karir.com yang melibatkan lebih dari 6000 responden. Sebanyak 42% dari mereka mengatakan pindah kerja adalah urusan suasana kerja.

    11 perusahaan dalam 20 tahun? banyak juga ya… hahaha… Buat saya, yang penting selalu menjaga silaturahmi dengan para mantan perusahaan. Jangan mantan pacar. 🙂

    Thank you for all the wishes. Keep in touch with karir.com.

    Like

  7. Willy says:

    Kalau pertanyaannya adalah enak mana jadi kutu loncat atau setia 5 tahun, maka jawab aku adalah tergantung perusahaan.

    Prinsip saya yang pertama adalah cintailah pekerjaanmu tp bukan tempat kamu bekerja karena anda tidak tahu kapan perusahaan berhenti mengasihi anda.

    Kenaikan gaji untuk 5 tahun itu juga tergantung pada perusahaan. Kenaikan gaji bergantung juga pada pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan tidak ada pertumbuhan atau bahkan mengalami kemunduran, sulit untuk perusahaan untuk menaikkan gaji karyawannya. Jika kondisinya adalah seperti ini, maka setia selama 5 tahun pun tidak akan ada kenaikan gaji yang signifikan.

    Seperti yang saya paparkan, sekalipun kita mencintai perusahaan kita, kita tidak tau kapan perusahaan perusahaan mengasihi kita.

    Di negara maju ada kendala seperti begini, salah satunya Singapore. Kasusnya adalah seorang yang telah lama menjabat dalam suatu posisi yang cukup terhormat, kita misalkan General Manager yang sudah bekerja 20 tahun dan gajinya sudah berkali-kali naik dan sudah naik jauhi jika dibandingkan dengan awal dia masuk kerja. Perusahaan demi menghemat biaya operasional, memecat beliau dan mempekerjakan anak muda dengan gaji 1/4 dari gaji GM yang dipecat. Walau mempunyai pengalaman yang minim tetapi mempunyai semangat dan daya juang yang tinggi yang bersedia sekalipun gaji belum begitu tinggi.

    Hal ini wajar, perusahaan mempertimbangkan kalau GM tersebut sudah lanjut usia dan semangat bekerja pasti lebih kurang berkurang sedikit dan mungkin pada saat itu gaji sudah tidak sesuai dengan kinerja dan gaji yang diberikan lebih banyak adalah nilai loyalitas bukan pada kinerja. Sedangkan diluar sana banyak yang memiliki talenta luar biasa yang bersedia di gaji dengan lebih rendah.

    Bayangkan jika kita pada umur 20-an bekerja setelah 20 tahun bekerja di PHK dan kita akan sulit lagi mencari pekerjaan baru dengan umur 40-an. Apa arti kita setia di perusahaan tersebut? Tidak ada.

    Bukan mengatakan kalau kutu loncat lebih bagus atau loyalitas lebih jelek. Tetapi semua tergantung pada perusahaan dimana tempat bekerja

    Like

  8. Dino Martin says:

    Saudara Willy punya poin bagus. Namun ada juga perusahaan yang luar biasa bagus, namun karyawan tidak betah. Ternyata, karena leadership di perusahaan tersebut kurang. Jadi, memang banyak faktor. Good point Willy.

    Like

  9. Angga says:

    Dalam 8 taun ini dah pindah 9 perusahaan dengan rate dari pertama kerja umr sekarang 17 kalinya. Fokus bekerja kita juga penting sih mau cari duit dan chalenge atau “kenyamanan”

    Like

  10. iranaceh says:

    seandainya perusahaan tidak menghargai kinerja kita dengan tidak menyesuaikan pendapatan kita, itu karena ada perusahaan lain di luar sana yang menunggu kita untuk gabung bersama mereka..

    Like

  11. triaditha says:

    Untuk lingkungan industri EPC oil and gas sepertinya tidak berlaku. Karena pada umumnya hanya orang kerja dalam masa project. Sehingga lebih sering pindah-pindah perusahaan. Dan pada umumnya akan lebih dilihat sudah memegang berapa project selama jenjang karirnya. Dan cenderung yang makin sering memegang beberapa project itu yg tingkatan salary dan posisi-nya lebih baik.

    Like

  12. Rasyid says:

    Setuju Dengan Bro Willy. Hanya menambahkan, Selain keluarga dan Tuhan tentunya hehe….loyal lah terhadap profesi, bukan kepada company. Selama kita loyal terhadap profesi, kita pasti perform dimana pun kita bekerja. With or without jadi kutu loncat. Stay dan dipromosi di perusahaan atau pun dibajak perusahaan lain. Bahkan sampai tiba saat nya untuk entrepreneurship one day. Bagaimana kita perform di profesi kita, itu adalah “brand” tersendiri. Ditambah integritas, orang bakal selalu ingat dan cari kita untuk bekerja maupun berbisnis.

    Like

  13. Supangkat Eka Prasetya, S.Kom, MTCNA, MTCRE says:

    Inti nya dalam bekerja itu kenyamanan,gaji no 2.
    Saya sekarang bekerja pada perusahaan keluarga, yang mayoritas karyawan nya adalah anak2 nya dari direktur, sisa nya kerabat dan saudara. Memang untuk jam kerja fleksibel, tapi di manfaatkan untuk berangkat ke kantor siang2 & pulang nya malam terus tiap hari. Saya sebagai orang luar tentu merasa terbebani karena mengikuti jam kerja mereka yg saudara dari direktur. Bagi mereka mungkin merasa ga enak pulang sesuai 8 jam kerja, karena masih ada hubungan keluarga dengan direktur. Di tambah mayoritas masih lajang. Apakah sebaik nya saya resign karena suasana kerja tidak nyaman lagi, mengingat saya ingin menikah.

    Like

  14. Evi Pramudianti says:

    Saya kerja di suatu perusahaan. Saya sudah bekerja setengah bulan…Ada 1 atasan yg riil disini, banyak yg merasa risih dengan kehadiran 1 orang ini. Menurut anda, apa saya harus keluar karena gak nyaman dengan 1 orang atau harus melanjutkan sampai 1 tahun sampai mendapat pekerjaan baru.

    Like

  15. Ali Muntaha says:

    Tergantung perusahaan juga ya. Saya terkahir bekerja selama 5 tahun, tapi kenaikan gajinya gak pasti, 2 tahun terakhir gak ada kenaikan cuma janji2 aja dari CEO nya.

    Ya sudah cabut aja, mengajukan resign coba cari kesempatan baru, mumpung umur belum begitu uzur. Karena umur efektif antara 25,30,35,40 tahun diatas 40 tahun cari kerja kayaknya kurang pas, cocoknya sudah mempunya usaha sendiri.

    Jadi kalo ada temen saya yang mengeluh dengan gaji nya setiap bulan minus terus, saya sarankan segera resign, gak usah nunggu dapet kerjaan baru lagi, karena kamu akan jauh lebih, niat dan berani mencari kerja.

    Temukan passion kamu dimana kamu bisa produktif dengan maksimal!..

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.