Siaran Pers

Paparan Sederhana Ekonomi Indonesia 2016

Pinterest LinkedIn Tumblr

Mempersiapkan Tenaga Kerja Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Dr A Prasetyantoko
Dr. A. Prasetyantoko saat siaran pers Karir.com di Locanda Food Voyager, Jakarta Selatan, Kamis (18/2/2016). (Karir.com/Cindy Nara)

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia adalah pasar yang menjanjikan bagi para investor. Ini fakta yang menjanjikan sekaligus yang sering dipromosikan, namun bagaimana kenyataannya?

Tadi malam, saya bertemu dengan teman yang menggantungkan usahanya di industri Energi. Walaupun karakternya selalu ceria, tapi ia pun tidak menampik kondisi berat yang sekarang dihadapi sektor Energi. Jatuhnya nilai jual minyak di pasaran dunia tentu saja mempengaruhi bisnisnya secara signifikan. “Gue kayaknya harus jual Porsche gua nih. Cariin yang mau beli dung.” komentarnya.

Sementara rekan lain yang berbisnis persewaan pesawat dan helikopter malah berbahagia dengan harga bahan bakar avtur yang rendah akibat turunnya nilai jual minyak. Salah satu biaya operasi yang besar dari bisnis ini memang dari pembelian avtur. Saya tengok garasinya, dia belum punya Porsche. Hmm… mungkin dia yang akan membeli Porsche teman saya. Ini mungkin yang namanya Ying dan Yang.

Karir.com belum lama mengundang ekonom dan rektor Unika Atma Jaya Jakarta, Dr. A. Prasetyantoko sebagai keynote speaker dalam siaran pers dan seminar “Tantangan Ekonomi Indonesia 2016: Sinergi Swasta, Pemerintah & Institusi Pendidikan.” Dalam paparannya, mengamati perkembangan harga minyak dunia, Prasetyantoko menilai industri Energi sebagai “sunset industry. Jika ingin dibahas mendalam mengenai fenomena harga minyak dunia, Prasetyantoko hanya berkomentar singkat, “Itu satu hari dibahas saja gak akan selesai, karena kompleksnya permasalahan yang meliputi banyak aspek mulai dari geopolitik, sosial, hingga pemerintah.”

Namun, perekonomian Indonesia tetap harus maju, dan salah satu pendorongnya adalah investasi swasta. Di sinilah peranan perbankan dan institusi keuangan menjadi vital. Maka, pemerintah melalui Bank Indonesia pun telah menurunkan suku bunga Bank Indonesia sebagai stimulus untuk investasi. Namun kelanjutan dari stimulus tersebut tetap harus dikawal agar dorongan investasi dapat terjadi nyata. “Saya masih melihat, sektor perbankan akan menjadi pendorong ekonomi yang penting, dan industri perbankan dan keuangan akan tetap menjadi industri yang berkembang di tahun 2016 ini,” jelas Prasetyantoko.

Read :  Kerja Sama Garuda Indonesia Training Center dan Karir.com Mencari Calon Pramugari

Jika pada periode pemerintahan sebelumnya, Indonesia banyak mengandalkan sektor Energi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, maka dengan turunnya nilai minyak dunia, industri ini tidak lagi bisa diandalkan. Intinya, Indonesia tetap harus bisa menghasilkan nilai ekspor yang tinggi. Tapi dari mana?

Industri manufaktur Indonesia seharusnya bisa mendorong nilai ekspor, sayangnya pada periode pemerintahan sebelumnya, industri Manufaktur kurang begitu banyak mendapatkan perhatian yang serius, sehingga pertumbuhannya tidak terlalu tinggi. Ya karena memang kita waktu itu sudah “dimanjakan” dan merasa cukup dengan industri Energi, apalagi kebutuhan energi dari China waktu itu merupakan masa puncaknya. Sayang memang, Manufaktur di tahun 2016 ini belum bisa menjadi resource of growth yang bisa diandalkan.

Tahun 2016 ini, karena resources of growth yang terbatas, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan banyak mengandalkan belanja pemerintah. Belanja modal tahun ini memang meningkat, namun itu hanyalah sebuah angka sampai akhirnya modal berhasil digelontorkan dengan tepat. Dan untuk mencapai level itu diperlukan approval sampai ke tingkat dewan yang kita semua tau akan sangat kompleks.

Tidak heran, ada beberapa versi pertumbuhan ekonomi Indonesia. World Bank menyebut pertumbuhan akan mencapai 5,1 persen, sedikit di bawah prediksi pemerintah yang lebih optimis di angka 5,3 persen. Sementara, IMF malah sangat pesimis dengan prediksi sebesar 4,9 persen. Padahal dengan jumlah populasi yang besar, Indonesia memiliki tenaga kerja produktif yang sangat besar. Lebih dari 110 juta atau hampir separuh penduduk Indonesia adalah mereka yang berusia antara 21 hingga 50 tahun. Statistik ini sangat berbeda dengan negara lain. Jepang misalnya, populasi mereka lebih banyak di usia senja.

Dalam obrolan santai khas Karir.com dengan Prasetyantoko, dibahas juga apakah ada industri lain yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Jawabannya memang ada dan banyak, namun skalanya masih terlalu kecil. Antara lain industri digital yang oleh pemerintahan Jokowi banyak mendapatkan perhatian. Sayangnya tenaga kerja yang siap di industri ini jumlahnya juga terbatas. Programmer misalnya, banyak perusahaan startup kini kesulitan mendapatkan programmer yang handal. Tidak heran jika karena hukum supply and demand, gaji para profesional di bidang ini menjadi sangat tinggi. Seorang programmmer handal yang memiliki pengalaman kerja tiga hingga lima tahun saja kini sudah bisa beroleh gaji belasan juta rupiah per bulannya.

Read :  MT Academy Pahami & Persiapkan Generasi Z untuk Berkarir

Hal ini yang terus dikampanyekan dan disosialisasikan oleh Karir.com dalam kesempatan kunjungan ke universitas-universitas di Indonesia. Karir.com menganjurkan para lulusan SMA tidak hanya mendaftar di jurusan favorit saja seperti Ekonomi, Bisnis, dan Administrasi Niaga. Banyak jurusan lain yang juga memberikan jaminan karir yang baik. Jurusan IT kini perlahan menjadi jurusan favorit, dan semoga ke depannya dapat semakin diminati.

Bagaimana dengan industri Pertanian? Ini termasuk industri yang juga kekurangan profesional yang hebat. Lulusan di bidang ini cukup ada, namun malah berkarir di industri yang berbeda, misalnya Perbankan.

Dalam mensiasati tuntutan pertumbuhan ekonomi, Prasetyantoko mencermati kesempatan Indonesia yang bisa menjadi bagian dari Regional Supply Chain dari pergerakan pertumbuhan ekonomi regional. “Jika Indonesia bisa mengambil bagian penting dari supply chain ini, kita akan bertumbuh seiring dengan pertumbuhan regional,” jelasnya.

Dari sisi tenaga kerja, Karir.com melihat bahwa pemerintah, pelaku bisnis dan institusi pendidikan harus bisa lebih cermat melihat berbagai macam talenta yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan ketiga pihak ini harus duduk bersama menciptakan road map jangka panjang yang dipahami dan disepakati bersama. Industri apa yang akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun mendatang? Skill set apa saja yang dibutuhkan oleh industri tersebut? Apakah saat ini kita sudah siap dengan tenaga profesional tersebut? Jika belum, dari mana kita akan mendapatkannya? Bagaimana mendidik mereka agar siap? Perlukah sertifikasi? Dan lain-lain.

Di Indonesia sepertinya banyak sekali orang yang “salah jurusan.” Ketika kuliah mengambil jurusan apa, tapi ketika berkarir malah berkarir di bidang yang sama sekali tidak ada hubungannya. Sounds familiar?

Yang jelas, yang nampak di depan mata, siapapun Anda, mari kita sama-sama membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Caranya?  Ya, seperti kata Jokowi, dengan tiga hal, yaitu Kerja, Kerja dan Kerja.