Tantangan ekonomi dalam negeri saat ini membuat beberapa pelaku usaha mengambil sikap wait and see. Beberapa aktifitas HR seperti rekrutmen terkena imbasnya.
Saya jadi teringat di awal tahun 2010 ketika terjadi mini economic crisis dan sebagian pelaku ekonomi memandang sinis pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bahkan, ada bank internasional asal Inggris yang tiba-tiba batal meneruskan operasinya di Indonesia. Padahal ketika ambil ancang-ancang untuk masuk ke pasar kita, bank ini terlihat agresif sekali dan banyak melakukan rekrutmen dengan pola pro hiring dan membajak talenta-talenta terbaik dari kompetisi lokal. Nyatanya, belum sempat berkarya, bank ini sudah keburu di-shut down.
Terus terang, berita mundurnya bank ini tidak membantu iklim investasi dan ekonomi lokal yang waktu itu memiliki sentimen serupa dengan tahun ini.
Just in case you were wondering, what bank? Let me give you a keyword: PREMIERE LEAGUE. Kalau masih belum “ngeh” ya cari di Google saja. Yang jelas, mundurnya bank ini banyak ditengarai karena kondisi investasi lokal yang waktu itu cukup carut-marut. BKPM buru-buru mengoreksi dan mengatakan bahwa bank yang bersangkutan mundur dari Indonesia sebagai bagian dari kebijakan global mereka. Agak konyol memang, apalagi mengingat bank ini baru saja mengakuisisi bank lokal—sebagai bagian dari upaya buat masuk ke pasar Indonesia—tahun 2008. Tidak sampai dua tahun sudah dilepas lagi.
Cukup cerita tentang bank tersebut. Yang menarik buat saya adalah bagaimana kemudian ternyata tahun 2010 GDP growth kita masih di angka 6,1%, dan tahun berikutnya di 6,2%. Wow!
Saya pun berkesimpulan bahwa dalam kondisi ekonomi yang sulit, banyak perusahaan menghentikan program pembangunan SDM-nya dan sedikit yang memikirkan rencana suksesi. Prakteknya, perusahaan-perusahaan unggul dan kuat tetap memenuhi kuota SDM-nya dalam kondisi apapun. Inilah yang menjadikan mereka tetap unggul dan menjadi pemimpin pasar.
Mengapa? Karena ketika kondisi ekonomi mulai membaik, tebak siapa yang bakal menikmati growth-nya? Ya, perusahaan-perusahaan yang selalu siap dengan SDM terbaiknya. Plain and simple. Perusahaan yang tidak siap akan tergerus dan ketinggalan.
Beberapa klien besar saya menikmati growth yang luar biasa tahun 2010 dan 2011. Ketika pasar rebound, perusahaan yang tidak siap dengan SDM terbaiknya akan mengalami kemunduran dan tergerus market share-nya.
Di sinilah salah satu peranan HR sebagai business partner perusahaan. Belum lama saya meeting dengan klien besar dari industri farmasi di Jakarta. Mereka tetap stay alert dengan kondisi ekonomi namun tidak berdiam diri. Mereka tetap aktif melakukan rekrutmen untuk mendapatkan talenta terbaik, terutama di area sales dan marketing.
Apa peran HR lainnya? Masih banyak, dan Anda akan mendapatkan jawabannya dalam acara HR Leader Talk persembahan Karir.com.
HR Leader Talk kali ini dibawakan oleh “pendekar” HR Dr. Dr. Rachman Sjarief, Dip.-Ing., M.M.,M.H. Panjang ya titelnya? Mengapa saya sebut beliau pendekar? Karena selain menjabat posisi HR Leader, beliau juga seorang dosen dan guru silat Merpati Putih. Tampilan eksteriornya juga bak seorang pendekar.
Titel panjang yang Anda baca itu bukan salah tulis. Memang gelar Doktor-nya ada dua. Bapak yang satu ini memang hobinya belajar. Ketika pemberian gelar Doktor keduanya, saya hadir dan ingat betul kata penutup dari sang profesor, “Pak Rachman, sudah ya. Gelar Doktor Anda sudah dua. Cukup ya sekolahnya,” ujarnya sambil berkelakar. Saat ini pendekar kita ini sedang mengambil gelar Doktor ketiganya.
Tertarik untuk hadir di acara HR Leader Talk persembahan Karir.com? Saya punya jatah beberapa seats. Jika tertarik, Anda bisa email ke saya langsung: dino@karir.com. Syaratnya cuma satu: Anda seorang praktisi HR.
See you at Karir.com’s HR Leader Talk!
You must be logged in to post a comment.